News Update :

PORTAL BERITA KIDUL KALI DESA BLIGO RW.06

PORTAL BERITA KIDUL KALI DESA BLIGO RW.06

PEMUDA PILAR KEBANGKITAN

Senin, 05 November 2012



Sesungguhnya landasan perjuangan adalah nurani yang menyala, landasan pengorbanan adalah hati yang tulus, landasan semangat adalah jiwa yang menggelora, landasan pergerakan adalah tekad yang membaja, dan semua itu hanya terdapat pada diri seorang pemuda. Semangat menggelora adalah semangat pemuda, jiwa perjuangan adalah jiwa pemuda, garda perjuangan adalah benteng pemuda, semangat totalitas adalah semangat pemuda. Kalimat itulah yang selalu dilontarkan oleh para aktivis perjuangan. Sehingga menjadikan mereka sebagai pilar kebangkitan.
Kebangkitan nasional menjadi langkah awal perjuangan bangsa Indonesia memasuki abad 20. Didirikannya Budi Utomo oleh para pemuda pelajar pada tanggal 20 mei 1908 merupakan proyeksi terhadap mimpi besar para pelajar agar terjadinya perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, berdirinya badan wakaf yang mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah, membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali seni dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak di tanah Hindia-Belanda. Organisasi tersebut diketuai oleh Dr. Sutomo. Pemuda telah berani bergerak walaupun masih berada di bawah tekanan Belanda yang sejarahnya telah menduduki Negeri ini selama 350 tahun hingga tahun 1941.
    Seiring berjalannya waktu, para pemuda bangsa semakin cerdik dalam mengatur gerakan. Belajar dari kesalahan sejarah, terjadinya perpecahan para pemuda yang merupakan kekuatan bangsa. Sehingga mereka mengatur strategi dalam menggapai kemerdekaan. Langkah awalnya adalah Persatuan Nasional. Pada tanggal 28 Oktober 1928 tercetus Sumpah Pemuda, sebagai upaya mempersatukan pemuda-pemuda di Negeri ini. Setelah tercetus, maka tak ada lagi pemuda yang mengatakan Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond dan lain-lain. Mereka satu suara untuk bergerak, melaju melepaskan jaket kedaerahan menuju kemerdekaan. Semangat pemuda adalah semangat yang tak terkalahkan.
    Setelah berakhirannya Belanda menjajah Negeri ini, jepang pun muncul dengan semangat dan kelicikan yang tak kalah dibanding dengan bangsa Belanda waktu itu. Pada tahun 1942 Jepang masuk dan menjajah Negeri ini. Kekuatan jepang meredup setelah negaranya dijatuhkan bom atom oleh Sekutu, tepat di awal bulan Agustus 1945. Kebingungan terjadi di antara golongan tua dan golongan muda untuk memulai deklarasi kemerdekaan. Namun, berkat para pemuda dengan jiwa pemberaninya, menculik Soekarno ke Rengasdengklok agar golongan tua menyegerakan memproklamasikan kemerdekaan, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan berkumandang di Negeri ini. Pemuda memiliki jiwa yang tak pernah berfikir panjang dan tak takut akan resiko, selagi ada kesempatan dan peluang mereka langsung saja menerobosnya.
    Kemerdekaan berlalu, namun semua itu tak menjadikan semangat perjuangan yang telah ada hanyut bersama riuk piruknya kebahagiaan bangsa. Soekarno dan Hatta menjadi Presiden dan Wakil Presiden pertama Indonesia yang mengantarkan Negeri ini pada masa Pembangunan Nasional.
    Pada tahun 1967, julukan orde lama pun hilang digantikan dengan orde baru dengan pemimpin baru yaitu Soeharto. Soeharto mengeluarkan NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi KeMahasiswaan) yaitu suatu upaya dari Pemerintah dengan memasukkan unsur tentara ke dalam organisasi keMahasiswaan untuk membatasi gerak Mahasiswa, sehingga pada masa tersebut gerakan Mahasiswa mati.
    Namun, masuk pada tahun 1990-an, Pemerintah mengeluarkan peraturan kembali mengenai keorganisasian Mahasiswa yang lebih memperluas gerak Mahasiswa dalam mengawal Pemerintahan. Maka, 1998 menjadi puncak kemarahan para pemuda-Mahasiswa, pemuda-buruh, pemuda-tani serta pemuda-miskin yang tergabung dalam gerakan Reformasi, akibat ulah sang pemimpin otoriter. Setiap perubahan selalu memakan korban, demikian pula Reformasi 1998 menuntun empat aktifis Trisakti yaitu Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan dan Hendriawan Sie kembali kepangkuan sang Khalik. Seoharto pun turun setelah para demonstran gerakan Reformasi berhasil menduduki “gedung hijau”. Lagi-lagi pemuda sebagai tameng perjuangan dan pemuda pula sebagai pejuang bangsa.
    Pasca reformasi masih terus terjadi pergerakan para pemuda-Mahasiswa, karena semakin lebarnya pintu demokrasi yang terbuka di Negeri ini. Pemuda-Mahasiswa lebih dengan mudah mengeluarkan segala aspirasinya. Hingga, tanggal 30 Maret 2012 para pemuda yang tergabung dalam aliansi Mahasiswa, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), ORMAS (Organisasi Masyarakat) dan Buruh kembali turun ke jalan dengan jumlah masa puluhan ribu dalam menanggapi kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak).
    Begitulah jiwa pemuda, tak pernah berhenti meskipun telah banyak ancaman, tak pernah takut meskipun sering termakan korban, selalu mengkritisi meskipun tak pernah di dengar, pemuda yang memiliki jiwa yang kuat. Seperti dalam Kitab Al-Quran “Allahlah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.” (QS. Ar-rum: 54). Pemuda memiliki jiwa yang kuat sehingga kemajuan segala aspek diharapkan kepada para pemuda untuk menyiapkan diri semaksimal mungkin.
    Pemuda memiliki potensi yang luar biasa, idealisme, kritis, kreatif, berani, optimis dan semangat yang tinggi. Sehingga, pemuda merupakan proyeksi terhadap kepemimpinan bangsa yang tersebar dalam berbagai aspek. Masa kuliahlah kita dapat mengasah lebih dalam atas hal tersebut. Pemikiran, kepemimpinan, kedewasaan akan terbentuk cepat bagi mereka yang memiliki semangat tinggi.
    Ada tiga sektor yang perlu dikuasai oleh kita yang memiliki jiwa idealisme dan jiwa perjuangan, yaitu menguasai Ekonomi, Sosial dan Pemegang kebijakan/Pemerintahan. Mengapa pemuda, karena mereka lah yang memiliki jiwa keberanian dalam mengambil resiko.
    Ada tiga hal pula yang perlu kita jadikan kebiasaan sebagai seorang Mahasiswa agar dapat memunculkan jiwa kritis, kreatif dan solutif terhadap permasalahan di lingkungan kita, yaitu Membaca, Berdiskusi dan menuangkan dalam Tulisan sebagai rekomendasi dan penuangan ide dari hasil pemikiran. Membaca adalah proses untuk kita mengetahui banyak informasi tentang segala hal yang kemudian kita bawa ke dalam forum diskusi sebagai upaya untuk melengkapi segala kekurangan pengetahuan serta sebagai upaya dalam menggerakkan otak ini untuk bekerja, kemudian menuangkan dalam sebuah goresan pena sebagai upaya pengingatan dan sebagai upaya penyampaian gagasan.
    Selain itu seorang Pemimpin hendaknya memahami Sejarah, Geografis dan Sastra. Sejarah sebagai pembelajaran dari orang-orang terdahulu yang telah mengalami kegagalan, geografis adalah seorang pemimpin mengetahui wilayah tempat mengaturnya serta sastra sebagai upaya dalam berkomunikasi dengan baik, benar dan bermakna. Maka, kembalilah wahai roh pemuda ke dalam jiwa-jiwa Mahasiswa bangsa ini, sehingga kami benar-benar menjadi PILAR KEBANGKITAN Bangsa.
Share this Article from Kidulkali Pos on :

0 komentar :

Posting Komentar

 
© Copyright KIDULKALI POS | Beritane Wong Kidul Kali 2015 | Update News Kota Sidoarjo | Published by M19 | Nggawe Guyup Ing Wargo Mengabarkan dari Pinggiran Kota Udang .